Sabtu, 25 Juni 2016

25 Juni 2009, Michael Jackson penyanyi pop legendaris Amerika Serikat (King of Pop) meninggal dunia.


Pict; cover single Billy Jean.

Dunia siapa yang tidak mengenal MJ, Michael Joseph Jackson (lahir di Gary Indiana Amerika Serikat 29 Agustus1958 – meninggal di Los Angeles California,Amerika Serikat 25 Juni 2009 pada umur 50 tahun adalah penyanyi dan penulis lagu dari Amerika Serikat. Ia terkenal sebagai the "King of Pop" dan memopulerkan gerakan dansa "Moonwalk" yang telah menjadi ciri khasnya. Albumnya yang dirilis pada tahun 1982 Thriller, adalah album terlaris di dunia, dengan penjualan melebihi 104 juta kopi di seluruh dunia. Menjadi panutan dan diikuti oleh banyak penyanyi hip hop, pop dan R&B hingga sekarang. Untuk prestasinya sendiri gak kehitung jumlahnya.
Michael Jackson meninggal dunia di usia 50 tahun. Kematian 'King of Pop' itu diduga akibat cardiac arrest atau jantung tiba-tiba berhenti berdetak. Laman People Magazine menyebutkan, Jacko dipublikasikan meninggal dunia di Ronald Reagan UCLA Medical Center, tak jauh dari kediamannya di Holmby Hills pada pukul 2.26 siang, Kamis 25 Juni 2009.
Bintang legendaris itu dilarikan ke rumah sakit setelah tim medis gagal memberi pertolongan di kediamannya sekitar pukul sekitar dua jam sebelum ia dinyatakan meninggal.
Dengan masker oksigen menutupi wajahnya, Jacko dilarikan ke rumah sakit dengan sebuah ambulans merah. Ia tiba di rumah sakit sekitar pukul 1.14siang. "Tim dokter yang terdiri dari dokter jaga dan dokter jantung berusaha memberi pertolongan sekitar satu jam, tapi gagal," demikian pernyataan resmi rumah sakit yang menanganinya saat itu dan dimakamkan di Forest Lawn Memorial Park, Glendale, Los Angeles, California, Amerika Serikat.

25 Juni 1940, Perancis secara resmi menyerah kepada Nazi Jerman.

 Pict; Wilhelm Keitel menerima dokumen penyerahan perancis dari tangan Charles Huntziger 22 Juni 1940.

Setelah kemenangan besar Jerman dalam Pertempuran Perancis (10 Mei–21 Juni 1940), Jerman menyatakan gencatan senjata dengan Perancis. Menetapkan wilayah pendudukan Jerman di Perancis utara dan barat, yang meliputi seluruh pesisir Selat Inggris dan Samudra Atlantik, sementara wilayah lainnya dijadikan zona "bebas" " diserahkan kepada pemerintahan boneka Vichy di bawah pimpinan Marsekal Henri Philippe Pétain yang diperintah oleh Perancis.
Adolf Hitler memilih Hutan Compiègne sebagai tempat penandatanganan gencatan senjata karena peran simbolisnya sebagai tempat penandatanganan gencatan senjata dengan Jerman pada tahun 1918 yang mengakhiri Perang Dunia I. Hingga pada 25 Juni 1940, Perancis menyatakan penyerahan wilayah secara resmi terhadap Nazi Jerman.

25 Juni 1936, B.J Habibie,Presiden Indonesia ke-3 (1998-1999) dilahirkan. Pict; Pak Habibie saat dilantik pasca mundurnya presiden Soeharto.


Prof.Dr.Ing.H.Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng (Fellowship of the Royal Academy of Engineering) lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. Saat ini namanya diabadikan sebagai nama salah satu universitas di Gorontalo, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo.


B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Pendidikan:
- SMAK Dago.
- Teknik mesin di Universitas Indonesia Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung) tahun 1954.
- Pada1955-1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt -Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg,Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.

Sebelum menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.

25 Juni 1978, Argentina menjadi juara Piala Dunia FIFA 1978 di Estadio Monumental Buenos Aires .





Piala Dunia FIFA 1978 adalah Piala Dunia FIFA edisi ke-11, dilangsungkan di Argentina antara 1 Juni - 25 Juni. Argentina dipilih menjadi tuan rumah oleh FIFA pada bulan Juli 1966. Piala Dunia FIFA 1978 dimenangkan Argentina yang mengalahkan Belanda 3-1 setelah Perpanjangan waktu. Di Final ini, Kempes menciptakan dua gol yang membawa Albiceleste menang 3-1 atas Belanda dan meraih trofi Piala Dunia pertama mereka .

Pada Piala Dunia 1978 ini, nama Mario Kempes dengan rambut gondrongnya menjadi top skor dan menjadi ikon di Argentina. Dan yang unik dari final ini adalah; Argentina dikenang karena confetti, taburan kertas putih yang biasa dihamburkan penonton sepakbola di negeri itu sebelum pertandingan dimulai. Kesemarakan confetti selalu muncul setiap kali tuan rumah bertanding. Kalau Anda menyaksikan rekaman video pertandingan final antara Argentina dan Belanda, kedua pemain berlaga seperti di atas lapangan salju.

25 Juni 1938, Kongres Bahasa Indonesia untuk pertama kali diadakan di Surakarta Jawa Tengah.


Kongres ini diselenggarakan atas prakarsa perorangan, jadi spontanitas sangat menandai suasana kongres tersebut. Kongres ini terselenggara untuk menindak lanjuti Kongres Pemuda 1928 yang menyepakati agar bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. Pencetus Kongres Bahasa Indonesia ialah Raden Mas Soedardjo Tjokrosisworo, wartawan harian Soeara Oemoem Surabaya. Saat itu ia rajin sekali menciptakan istilah-istilah baru, dan sangat tidak puas dengan pemakaian bahasa dalam surat-surat kabar Cina.
Sejumlah tokoh yang aktif dalam kongres ini adalah Sanoesi Pane, Ki Hajar Dewantara, HB Perdi (wartawan), Mr Amir Sjarifoeddin dan Muh Yamin. Kongres dibuka oleh Ketua Komite Dr Poerbatjaraka. sekitar 500 orang hadir dalam malam pembukaan ini, termasuk di antaranya wakil-wakil dari Sultan Yogyakarta, Sunan Solo, Paku Alam, Mangku Negara, Pers Indonesia maupun Tionghoa, dan wakil dari Java Institut.
Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Tanggal 18 Agustus 1945, dilakukan pendatangan Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen (Ejaan Lama), Ejaan yang menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang hanya dimengerti oleh orang Belanda yang berlaku sebelumnya.
Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara) hingga sekarang..

Jumat, 24 Juni 2016

24 Juni 1949, Pasukan Belanda mulai mengevakuasi Yogyakarta pasca perjanjian Roem Roijen.


Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II “Operatie Kraai”, sebagai bentuk pelanggaran yang kedua kalinya terhadap perjanjian dengan Indonesia. Tapi 24 Juni 1949, pemerintahan Indonesia di Yogyakarta bisa kembali dipulihkan. Sejak Belanda menginvasi Yogyakarta yang kala itu menjadi Ibu Kota Republik Indonesia (RI), TNI beserta elemen rakyat terus berusaha membuktikan pada dunia bahwa kekuatan militer Indonesia masih ada. Klimaksnya pada Serangan Umum 1 Maret 1949. Dunia internasional dan tentunya Amerika Serikat, terus mendorong perselisihan dua negara diselesaikan lewat perundingan.


Kesepakatan Roem-Roijen pun tercipta dan sebagai kelanjutannya, terjadi perundingan tiga pihak antara Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) atau Majelis Konsultatif Federal, Indonesia dan Belanda yang diawasi perwakilan PBB, Thomas Kingston Critchley.
Perundingan itu menghasilkan yakni pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta yang harus dilaksanakan pada 24 Juni 1949 (hingga diresmikan 1 Juli 1949), RI menghentikan perang gerilya dan Konferensi Meja Bundar untuk digelar di Den Haag, Belanda.
Di sisi lain dengan adanya kesepakatan itu, Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat pimpinan Syafrudin Prawiranegara pun, diserahkan lagi ke Wakil Presiden Mohammad Hatta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Menteri Pertahanan ditugaskan ketua Koordinator Keamanan selama penarikan mundur tentara Belanda.

Suasana seantero Yogyakarta, terutama di wilayah kota begitu lengang ketika derap tentara Belanda beradu dengan deru-deru kendaraan baja mereka mengarah ke utara meninggalkan Yogyakarta. Pasalnya rakyat Yogyakarta sesuai amanat Sri Sultan HB IX, dihimbau untuk tidak keluar rumah atau membanjiri jalan hanya untuk melihat kesibukan tentara Belanda yang pergi. Amanat tersebut berbunyi, “Hak milik tiap orang dijamin, keselamatan raga dan jiwanya dilindungi, bahkan barang siapa yang hendak pergi dari Yogyakarta setelah pemulihan, akan diberi kesempatan semudah-mudahnya. Diperintahkan kepada segenap penduduk agar tinggal di rumah selama 24 jam pada hari terakhir penarikan mundur tentara pendudukan Belanda.

29 Juni, sisa-sisa tentara Belanda sudah tiada, kehidupan rakyat seolah terlepas dari belenggu dan tak lama kemudian, TNI mulai memasuki Yogyakarta dari arah selatan yang di kemudian hari dikenal sebagai peristiwa “Yogya Kembali”.

Kamis, 23 Juni 2016

23 Juni 1596, Abdul Mufakir dilantik menjadi Sultan Banten pada usia 14 tahun.


Pic; Ilustrasi Pertempuran VOC dan Kesultanan Banten 1600 an .
Pasca mangkatnya Maulana Muhammad, Banten mengalami masa deklinasi ketika konflik dan perang saudara mewarnai keluarga kerajaan khususnya selama masa perwalian Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir yang baru berusia lima bulan ketika ayahandanya wafat. Puncak perang saudara bermuara pada peristiwa Pailir, dan setelahnya Banten mulai kembali menata diri. Dengan berakhirnya masa perwalian Sultan Muda pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten tanggal 23 juni 1596.
Sultan yang baru ini dikenal sebagai orang yang arif bijaksana dan banyak memperhatikan kepentingan rakyatnya. Bidang pertanian, pelayaran, dan kesehatan rakyat mendapat perhatian utama dari Sultan Banten ini. Ia berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, terutama dengan negara-negara Islam. Dialah penguasa Banten pertama yang mendapat gelar Sultan dari penguasa Arab di Mekah (1636). Sultan Abdul Mufakhir bersikap tegas terhadap siapa pun yang mau memaksakan kehendaknya kepada Banten. Misalnya ia menolak mentah mentah kemauan VOC yang hendak memaksakan monopoli perdagangan di Banten.

Dan akibat kebijakannya ini praktis masa pemerintahannya diwarnai oleh ketegangan hingga blokade perdagangan oleh VOC terhadap Banten.
Konflik antara Banten dengan Belanda semakin tajam ketika VOC memperoleh tempat kedudukan di Batavia . Persaingan dagang dengan Banten tak pernah berkesudahan. VOC mengadakan siasat blokade terhadap pelabuhan niaga Banten, melarang dan mencegah jung-jung dari Cina dan perahu-perahu dari Maluku yang akan berdagang ke pelabuhan Banten yang membuat pelabuhan Banten hampir lumpuh.
Perlawanan sengit orang Banten terhadap VOC pecah pada bulan November 1633 dengan mengadakan “gerilya” di laut sebagai “perompak” dan di daratan sebagai “perampok” sehingga memprovokasi VOC untuk melakukan ekspedisi ke Tanam, Anyer, dan Lampung.
Kota Banten sendiri berkali-kali diblokade. Situasi perang terus berlangsung selama enam tahun, dan ketegangan masih terus terjadi hingga wafatnya Sultan Abul Mufakhir pada tahun 1651 dan digantikan oleh Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-Ma’ali Ahmad atau Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan Abu Fath Abdul Fattah atau yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672).
Sultan Ageng Tirtayasa yang ahli strategi perang berhasil membina mental para prajurit Banten dengan cara mendatangkan guru-guru agama dari Arab, Aceh, Makassar, dan daerah lainnya. Perhatiannya yang besar pada perkembangan pendidikan agama Islam juga mendorong pesatnya kemajuan Agama Islam selama pemerintahannya di sana saat itu.