Senin, 13 Juni 2016

13 juni 1964 Konfrontasi Indonesia - Malaysia. Bentrokan besar antara gerilyawan Indonesia dan pasukan Malaysia di Sarawak, Borneo Britania.
Konfrontasi ini terjadi karena Malaysia melanggar perjanjian internasional konsep THE MACAPAGAL PLAN mengenai dekolonialisasi yang harus mengikut rakyat Sarawak dan Sabah yang status kedua wilayah tersebut sampai sekarang masih tercatat pada daftar Dewan Keamanan PBB sebagai wilayah Non Self Governing Territories.
Singkat cerita, Inggris mencoba untuk membuat Federasi Malaysia dengan memasukan dua wilayah. Sarawak dan Sabah, koloninya sebagai bagian dari federasi tersebut. Yang secara de facto kedua wilayah tersebut berstatus “dekolonial”.
Sejak saat itu, Soekarno menuduh Malaysia sebagai boneka Inggris dan menyatakan konfrontasinya,yang terkenal dengan sebutan Ganyang Malaysia. Soekarno semakin geram ketika demonstrasi di Malaysia melakukan aksi protesnya dengan menginjak lambang Garuda dan membakar photo Soekarno. Hingga keluarlah pidato Soekarno yang melegenda.
Kalau kita lapar itu biasa.
Kalau kita malu itu juga biasa.
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!!!..
Kerahkan pasukan ke Kalimantan, hajar cecunguk Malayan itu!!!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat kemedan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat, dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo...ayoo... kita...Ganjang... Ganjang... Malaysia . .
Ganjang... Malaysia..
Bulatkan tekad.. Semangat kita badja; Peluru kita banjak; Njawa kita banjak;
Bila perlu satoe- satoe!
3 Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia.
Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (Pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase.
Pada 27 Juli, Soekarno mengumumkan bahwa dia akan meng- "ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu Di Raja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Pada 13 juni 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap diJohor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia diperbatasan juga meningkat. Tentera Laut Di Raja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentara Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia.
Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service (SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan khusus Indonesia (Kopassus) tewas dan 200 pasukan khusus Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan.
Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontianak di perbatasan Johor-Malaka dan ditangkap oleh pasukan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Selandia Baru dan bakinya ditangkap oleh Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.
Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif. Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan.
Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya kudeta. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.
Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditanda tangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.
Dan uniknya, Ir. Soekarno selalu menyanyikan Terang Bulan pada setiap pidatonya, sebagai sindiran lagu Negaraku Malaysia. Hhh

1 komentar: